Sabtu, 29 Desember 2012

Konsep Khutbah Jum'at

 
TAKUT MENDAPAT SAINGAN
         Oleh : Jauhar H. A. Rasyid, S. Ag
Bila pada diri seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka dirinya merasa khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Dengan demikian maka setiap kelebihan  yang ada pada orang lain senantiasa diusahakan untuk ditutup-tutupi. Bila tidak, dan ternyata persaingan itu sempurna, bias jadi berkuranglah kewibawaannya.
            Sebagai contoh adalah seorang wanita saling dengki mendengki untuk memperebutkan calon suami dan sebaliknya  begitu juga. Masing-masing tentu berusaha  sekuat tenaga untuk mencoba mencari muka atau dalam istilah agama “ Bermujamalah ”. dalam lingkungan saudara kandung sering pula terjadi dengki mendengki guna memperoleh tempat di hati ibu dan bapak untuk maksud memperoleh posisi, kedudukan dan harta.
            Begitu pula dengki mendengki sesama siswa di hadapan guru, guna memperoleh tempat dan tingkat di hati  sang guru, pegawai kerajaan/kesultanan,  berlomba-lomba saling dengki mendengki guna mencari  hati di hadapan sang penguasa. Tidak menutup kemungkinan, juga terjadi di kalangan guru dan dosen. agar dirinya memperoleh posisi, kedudukan, pangkat dan harta. Begitu pula seorang alim saling dengki mendengki dengan sesama kawannya guna mencari pengaruh tentang paham dan pola pikirnya. Sangatlah bagus, kalau pola pikirnya ditunjang oleh ilmu pengetahuan yang rasional dan sehat. Tapi kalau tidak, alangkah busuknya itu. Semua yang dengki saling berebut pengaruh guna mempertahankan kewibawaannya di hadapan sesama manusia. Adapun motifnya satu sama lain berbeda.
            Hubbul Jah (senang dipuja) dan Hubbur Riyasah (ambisi kedudukan) kedua-duanya saling berkaitan. Sama sekali ia tidak menoleh dan melihat kelemahan dirinya. Pujian dan sanjungan pada dirinya, diterima dengan penuh kesombongan. Seakan-akan dirinya tak ada tolak bandingnya. Karena itulah segla-galanya ia ingin kuasai. Bila didengar olehnya ada orang yang menandinginya pada pojok dunia nan jauh, maka yang demikian akan menyakitkan hatinya. Ia malah menginginkan agar orang itu mati atau hilang pengaruhnya, sebab menyaingi kedudukannya.
            Hal itu bisa saja terjadi dalam berbagai segi, misalnya dalam hal kebenaran (saja’ah) atauupun pengetahuan, dalam hal ibadah atau mu’amalah, kecantikan dan kekayaan. Jelasnya, bahwa ingin satu-satunya di muka bumi tanpa ada yang menandingi, ingin agar dirinya jadi sang juara. Puaslah… bila orang lain tidak ada yang sepertinya.
            Yang menjadi sebab dalam hal ini adalah bukanlah permusuhan, ta’azzuz, kesombongan terhadap orang yang didengkinya dan takut dari kehilangan suatu tujuan, selain semata-mata ingin jadi kepala atau posisi tertentu, dengan asumsi bahwa ia satu-satunya yang paling mampu dalam menangani hal tersebut. Pada hal semua itu adalah Nonsen besar, ibarat kata pepatah “ Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. “ Besar Mulut Sempit Hati “
Berkaitan dengan problem di atas, sangatlah cocok dengan pernyataan Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 34 yang berbunyi
وَإِذْقُلْنَا لِلْمَلـــــئِكَةِاسْجُدُوْالأٰدَمَ فَسَجَدُوْا إِلاَّإِبْلِيْسَ أَبٰى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
Artinya :
 “ Dan ketika kami mengatakan kepada Malaikat “ tunduklah kamu kepada           Adam. Lalu mereka tunduk kecuali Iblis. Dia enggan dan menyombongkan dirinya dan dia termasuk orang-orang kafir “ (QS. Albaqarah : 34)
Individu-individu seperti yang tertulis dalam problem di atas adalah masuk dalam golongan syetan. Di dalam kalbunya tertanam sifat-sifat syetan. Na’udzu billah…
SOLUTION / الْخُرُوْجُ
            Dengki adalah sebagian penyakit besar yang bersemayam dalam hati. Penyakit itu tidak akan bisa terobati, melainkan melalui jalan ilmu dan amal. Ilmu yang bermanfaat untuk mencegat penyakit dengki adalah : bahwa kita meyakini dengan sepenuhnya, kalau dengki itu tidak akan membawa manfaat bahkan mudharat baik dari segi dunia maupun akhirat. Demikian pula, tak ada melaratnya bagi orang yang didengki, akan tetapi ia memperoleh manfaat pada dunia dan akhirat.
            Sekiranya anda mengetahui hal ini dari penglihatan mata hati dan penglihatan itu bukan musuh pribadi anda dan teman musuh anda, tentu tidaklah, bahwa anda akan berpisah dari kedengkian
Wallahul Musta’an Minal Hasad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar