Senin, 15 Juli 2013

QADHA DAN QADAR


Walaupun masalah qadha’ dan qadar menjadi
ajang perselisian di kalangan umat Islam, tetapi Allah Y
telah membuka hati para hamba-Nya yang beriman, yaitu
para salaf shaleh yang mereka itu senantiasa menempuh
jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat.
Menurut mereka qadha’ dan qadar adalah termasuk
rububiyah Allah Y atas makhluk-Nya. Maka masalah ini
termasuk dalam salah satu diantara tiga macam tauhid
menurut pembagian ulama:
Pertama: tauhid Al-Uluhiyah, ialah mengesakan
Allah Y dalam beribadah, yakni beribadah hanya kepada
Allah dan karena-Nya semata.
Kedua: tauhid Ar-Rububiyah, ialah mengesakan
Allah Y dalam perbuatan-Nya , yakni mengimani dan
meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai
dan mengatur alam semesta ini.
Ketiga: tauhid Al-Asma’ wash-Shifat, ialah
mengesakan Allah Y dalam asma’ dan sifat-Nya. artinya
mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan
Allah Y dalam dzat, asma’ maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid Ar
Rububiyah. Oleh karena itu imam Ahmad rahimahullah
Qadha dan Qadar
berkata: “qadar adalah merupakan kekuasaan Allah Y".
Karena tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan
kekuasan-Nya yang menyeluruh, di samping itu, qadar
adalah rahasia Allah Y yang tersembunyi, tak ada
seorangpun yang dapat mengetahuinya kecuali Dia,
tertulis di lauh mahfuzh dan tak ada seorangpun yang
dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk
yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk
lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash
yang shahih.
Qadha dan Qadar
PENDAPAT – PENDAPAT
TENTANG QADAR
Pembaca yang budiman.
Umat Islam dalam masalah qadar ini terpecah
menjadi tiga golongan:
Pertama: mereka yang ekstrim dalam
menetapkan qadar dan menolak adanya kehendak dan
kemampuan makhluk. Mereka berpendapat bahwa
manusia sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan
keinginan, dia hanya dikemudikan dan tidak mempunyai
pilihan, laksana bulu yang tertiup angin. Mereka tidak
membedakan antara perbuatan manusia yang terjadi atas
kehendaknya dan perbuatan yang terjadi diluar
kehendaknya, tentu saja mereka ini keliru dan sesat,
kerena sudah jelas menurut agama, akal dan adat
kebiasaan bahwa manusia dapat membedakan antara
perbuatan yang di kehendaki dan perbuatan yang
terpaksa.
Kedua: mereka yang ekstrim dalam menetapkan
kemampuan dan kehendak makhluk sehingga mereka
menolak bahwa apa yang diperbuat manusia adalah
karena kehendak dan keinginan Allah Y serta diciptakan
oleh-Nya. Menurut mereka, manusia memiliki kebebasan
atas perbuatannya. Bahkan ada diantara mereka yang
mengatakan bahwa Allah Y tidak mengetahui apa yang
diperbuat oleh manusia kecuali setelah terjadi. Mereka
Qadha dan Qadar
inipun sangat ekstrim dalam menetapkan kemampuan
dan kehendak makhluk.
Ketiga: mereka yang beriman, sehingga diberi
petunjuk oleh Allah Y untuk menemukan kebenaran
yang telah diperselisihkan. Mereka itu adalah
Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam masalah ini mereka
menempuh jalan tengah dengan berpijak di atas dalil
syar’i dan dalil aqli. Mereka berpendapat bahwa
perbuatan yang dijadikan Allah Y di alam semesta ini
terbagi atas dua macam:
1- Perbuatan yang dilakukan oleh Allah Y
terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini tak ada kekuasaan
dan pilihan bagi siapapun. Seperti turunnya hujan,
tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sakit, sehat
dan banyak contoh lainnya yang dapat disaksikan pada
makhluk Allah Y. Hal seperi ini, tentu saja tak ada
kekuasaan dan kehendak bagi siapapun kecuali Allah Y
yang maha Esa dan kuasa.
2- Perbutan yang dilakukan oleh semua
makhluk yang mempunyai kehendak. Perbuatan ini
terjadi atas dasar keinginan dan kemauan pelakunya;
karena Allah Y menjadikannya untuk mereka.
Sebagaimana firman Allah Y:

“Bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh
jalan yang lurus” . (At Takwir: 28).
Qadha dan Qadar 10

“Di antara kamu ada orang yang menghendaki

“Maka barang siapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir “ ( Al Kahfi: 29).
Manusia bisa membedakan antara perbuatan
yang terjadi karena kehendaknya sendiri dan yang terjadi
karena terpaksa. Sebagai contoh, orang yang dengan
sadar turun dari atap rumah melalui tangga, ia tahu kalau
perbuatannya atas dasar pilihan dan kehendaknya sendiri.
Lain halnya kalau ia terjatuh dari atap rumah, ia tahu
bahwa hal tersebut bukan karena kehendaknya. Dia dapat
membedakan antara kedua perbuatan ini, yang pertama
atas dasar kehendaknya dan yang kedua diluar
kehendaknya. Dan siapapun mengetahui perbedaan ini.
Begitu juga orang yang menderita sakit beser
umpamanya, ia tahu kalau air kencingnya keluar tanpa
kemauannya. Tetapi apabila ia sudah sembuh, ia sadar
bahwa air kencingnya keluar atas kehendaknya. Dia
mengetahui perbedaan antara kedua hal ini dan tak ada
seorangpun yang mengingkari adanya perbedaan
tersebut.
Qadha dan Qadar
Demikian segala hal yang terjadi pada diri
manusia, dia mengetahui, perbedaan antara mana yang
terjadi dengan kemauannya dan mana yang tidak.
Akan tetapi, karena kasih sayang Allah Y, ada
diantara perbuatan manusia yang terjadi atas kemauannya
namun tidak dinyatakan sebagai perbuatannya. Seperti
perbuatan orang yang terlupa, dan orang yang sedang
tidur. Firman Allah Y dalam kisah Ashabul kahfi:

“...Dan kami bolik–balikkan mereka ke kanan
dan ke kiri …” (Al- Kahfi: 18).
Padahal mereka sendiri yang sebenarnya berbalik
ke kanan dan berbalik ke kiri, tetapi Allah Y menyatakan
bahwa Dialah yang membalik–balikkan mereka ke kanan
dan ke kiri, sebab orang yang sedang tidur tidak
mempunyai kemauan dan pilihan serta tidak
mendapatkan hukuman atas perbuatannya. Maka
perbuatan tersebut di nisbatkan kepada Allah Y.
Dan sabda Nabi Muhammad r: “Barang siapa yang lupa
ketika dalam keadaan berpuasa, lalu makan atau minum,
maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena
Allah Y yang memberinya makan dan minum."
Dinyatakan dalam hadits ini, bahwa yang
memberi makan dan minum adalah Allah Y, karena
perbuatan orang tersebut terjadi di luar kesadarannya,
maka seakan–akan terjadi tanpa kemauannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar